Sifat - Sifat Walet

Pada habitat aslinya walet ditemukan bersarang di gua-gua yang terpencil. Umumnya, gua itu di tebing-tebing yang curam dekat laut lepas. Di sekitar gua biasanya dikitari oleh hutan lebat. Walet lebih suka bila daerah itu memiliki perairan (sungai atau danau), padang rumput, dan pepohonan yang tinggi dan rimbun. Pada daerah seperti ini, banyak terdapat serangga-serangga kecil yang merupakan makanan walet. Di Indonesia, walet terdapat hampir di seluruh provinsi. Walet tidak menyukai daerah-daerah yang tandus. Walau terbangnya tinggi, walet tidak menyukai daerah dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut.Untuk lokasi sarang walet sangat memerlukan tempat yang lembab. Kelembaban ruang yang dibutuhkan sekitar 85-95%. Suhu ruangan yang cocok untuk walet antara 25–29 0C. Walet menginginkan lokasi yang tenang, aman, dan belum tercemar oleh polusi udara. Walet merupakan burung yang hidup secara berkelompok. Walaupun anggota suatu kelompok dapat pindah ke kelompok lain, tetapi tidak ada walet yang hidup memisahkan diri dari lainnya. Jumlah anggota suatu kelompok walet berbeda-beda, tergantung besar kecilnya tempat tinggal. Semakin besar tempat tinggal walet, maka semakin besar pula anggota kelompoknya.
Dalam suatu rumah atau gua dapat dihuni oleh beberapa kelompok. Walet berkelompok dalam segala kegiatan hidup. Mereka berkelompok antara lain untuk berburu serangga bersama ke hutan. Pagi hari berangkat bersama dan sore hari pulang bersama kembali. Suatu kelompok walet akan membangun sarang-sarang secara berdekatan pada tempat tinggalnya. Tidak pernah dalam suatu rumah walet terjadi perselisihan antar kelompok. Walaupun hidup berdesak-desakan di satu tempat, walet tidak saling mengusik walet lainnya.

Setelah seharian mencari makan, walet pulang dan langsung beristirahat di sarang. Kalau biasanya walet terbang lurus sewaktu berburu, maka sewaktu pulang ke rumahnya walet akan terbang berputar-putar mengelilingi rumah. Pada musim membuat sarang dan bertelur, walet pulang lebih cepat dari hari biasa. Walet memang tipe burung yang memiliki sifat pulang kandang. Walet terikat pada tempat tinggalnya dan senantiasa akan pulang ke tempat itu lagi selama keadaan tempat sesuai dan aman.
Walet menyukai tempat tinggal yang gelap. Lebih-lebih lagi bila sinar matahari yang masuk sangat sedikit. Ini sesuai dengan habitat walet asli di dalam gua yang teduh dan gelap. Tidak seperti binatang lainnya, walet tidak mempunyai kesulitan dengan kegelapan di sekitar sarangnya. Untuk mengatasi keadaan yang gelap ini walet tidak mengandalkan panca indera matanya. Walet menggunakan sistem pantulan suara sebagai alat pengukur jarak (ekholokasi). Biasanya, walet pulang sesudah senja hari dan keadaan tempat tinggal mereka saat itu sangat gelap. Untuk mengetahui dengan tepat posisi sarang, mereka mengeluarkan suara melengking. Suara yang dipantulkan kembali oleh dinding rumah tempat mereka bersarang, menuntun mereka untuk mengetahui lokasi dalam ruangan. Itulah sebabnya walet dapat masuk ke dalam gua yang gelap tanpa kesulitan di malam hari. Ada juga kekecualian. Jenis walet besar dan walet sapi tidak menggunakan ekholokasi. Keadaan ini berlaku untuk walet yang bertempat tinggal di tempat yang cukup terang.
Sarang walet dibuat pada waktu malam setelah pulang. Sarang tidak dibuat sendiri-sendiri. Kedua pasangan walet, jantan dan betina, bekerja sama memoleskan air liurnya membentuk sarang. Pada kerongkongan walet terdapat sepasang kelenjar saliva yang dapat menghasilkan air liur. Pekerjaan membangun sarang dilakukan terus menerus setiap hari. Proses pembentukan hingga sebuah sarang selesai memerlukan waktu 40–80 hari. Bila makanan walet berupa serangga banyak terdapat dan tidak pada musim bertelur, waktu yang dibutuhkan sekitar 40 hari. Akan tetapi pada saat musim bertelur, waktunya bisa dua kali lebih lama yaitu sampai 80 hari.

Di luar musim bertelur, ukuran sarang lebih kecil. Bentuk sarang kurang bagus dan tidak beraturan. Sarang ini dibuat hanya sebagai tempat istirahat. Sebaliknya, sarang yang di buat pada musim bertelur berukuran lebih besar dan bentuknya lebih bagus. Pada saat ini, sarang digunakan selain untuk beristirahat juga untuk mengerami telur dan membesarkan anak walet. Apabila sarang diambil pada musim bertelur, walet akan segera membangun sarang baru kembali. Sarang baru dibuat dalam waktu lebih cepat dari pada pembuatan sarang yang telah diambil. Pengambilan sarang sebaiknya jangan beruntun. Pengambilan sarang secara beruntun dalam waktu musim bertelur akan merugikan. Walet akan kehilangan rasa aman. Apalagi bila orang yang memetik sarang melakukannya ketika walet sudah pulang dan tengah beristirahat atau mengerami telur.
Pada musim kawin, walet akan saling mencari jodoh dengan jalan berkejar-kejaran di udara. Ini bisa dilakukan sewaktu walet berburu serangga. Jantan dan betina akan terbang tinggi saling berkejaran. Pasangan walet yang terbentuk segera mencari tempat yang cocok untuk membangun sarang. Walet kawin setelah sarang yang dibuat bersama-sama terbentuk dengan bagus dan cukup besar. Proses perkawinan bisa berlangsung 5-8 hari, setelah itu barulah si betina akan segera bertelur. Biasanya walet hanya bertelur dua butir. Pengeraman telur juga dilakukan bersama-sama, jantan dan betina akan mengerami telur bergantian sampai saatnya menetas.

Anak walet disuapi dari makanan yang dikeluarkan dari paruh induknya. Makanan ini dapat dicerna oleh bayi walet karena sebelumnya telah dilumatkan oleh induknya. Dalam seminggu, anak walet sudah mulai tumbuh bulu sayapnya. Setelah bulu sayap tumbuh, disusul dengan tumbuhnya bulu punggung. Barulah seluruh bulu tubuh walet bermunculan. Pada umur 45 hari setelah menetas, walet sudah kuat terbang untuk mencari makan sendiri. Seperti burung pemakan serangga umumnya, paruh walet berbentuk segitiga.
Makanan walet terdiri dari serangga-serangga yang biasa menjadi hama bagi tanaman yang dibudidayakan. Serangga-serangga makanan walet antara lain jenis-jenis wereng, kumbang, belalang kecil, laron, semut bersayap, hama putih padi, penghisap batang padi, dan sundep. Secara tak langsung walet merupakan musuh biologi hama tanaman tadi sehingga dapat mengurangi kerugian usaha budidaya tanaman. Dengan demikian walet berjasa bagi usaha pertanian di sekitarnya.

Puluhan juta Rupiah dikeluarkan, dan bahkan sampai ratusan juta Rupiah demi memikat agar Burung walet mau bersarang/ bertempat tinggal di dalam gedung walet/ rumah walet tersebut. Setelah Pembangunan Gedung selesai dilakukan, berbagai cara-pun dilakukan demi menambah daya pikat Rumah walet, gedung walet tersebut dilakukan. Diantaranya
memberikan Cairan perangsang/ pemikat pada rumah atau gedung walet, memasang suara walet sebagai sarana pemanggil walet agar datang berkunjung dan menginap serta bertempat tinggal di rumah atau gedung walet tersebut.

SILAHKAN ORDER PRODUK SUARA WALET DI KAMI DENGAN HARGA YANG SESUAI DENGAN HASIL YANG SOBAT DAPAT NANTINYA. SEMOGGA SUKSES 

No comments:

Post a Comment